Pertemuan
yang tidak pernah aku dan dia rencanakan sebelumnya. Pertemuan awal yang
menjadikan hubungan kami menjadi dekat. Kalo aku ingat-ingat lagi, ini
benar-benar kocak. Aku yang lupa membawa kunci rumah dan akhirnya
luntang-lantung di jalan, sekarang sedang makan roti bakar bersama dia, Harfan.
Sebelumnya, kami belum pernah kenal, apalagi makan bersama seperti sekarang
ini.
Harfan
adalah mahasiswa Fakultas Teknik. Awalnya kami hanya berteman lewat BBM. Itu
karena, Veri yang begitu membanggakan aku kepada teman-temannya, mahasiswa
Fakultas Teknik lainnya. Veri begitu antusias untuk menjadikan aku pacarnya.
Tetapi, aku tidak memiliki perasaan yang sama dengan Veri. Aku justru lebih
tertarik pada Harfan, yang muncul tiba-tiba dalam kontak BBMku dan juga dalam
kehidupanku.
Aku
tidak tahu apa yang aku rasa sekarang. Perasaan ini benar-benar aneh. Sejak
malam itu…
***
Entah
apa yang ada dipikiran aku malam ini. Aku BBM Harfan untuk menanyakan apakah
dia sedang berada di rumah atau masih berada di kost an. Dan akhirnya Harfan
pun bilang kalau dia sudah di rumah. Saat itu juga aku langsung meminta Harfan
untuk menemaniku makan Roti Bakar yang ada di deretan kota Bekasi, tepatnya di
depan SMPN 1 Bekasi. Padahal, sebelumnya kita belum pernah bertemu secara
langsung sama sekali. Tapi, untuk malam ini, aku benar-benar nekad mengajak
Harfan untuk menemaniku melawan ke-bete-an ini.
“Gua
tunggu lu di depan Indomaret MekarSari. Tau ga ?”
“Oh
iya iya bentar ya”
“Ok”
“Gue
otw”
Pembicaraan
kami lewat BBM pun beakhir, karena kami akhirnya bertemu…
“Hei.
Yah, lu mau pergi ya ?”
“Nggak
kok.”
“Ko
bawa tas ?”
“Mau
mampir ke tukang jahit dulu.”
“Oh.”
“Ya
udah ayo naik.”
Motor
yang di kendarai Harfan pun melaju menyusuri kota Bekasi yang ramai pada malam
itu. Aku senang menikmati suasana malam hari seperti saat ini. Sekalipun kota
Bekasi terkenal begitu padat dan panas pada di siang hari, tetapi di malam hari
kota ini bisa memberikan keindahan tersendiri bagi kaula muda seperti aku dan
Harfan. Tidak hanya kami berdua, banyak remaja-remaja yang menyediakan waktunya
untuk pergi di malam hari untuk menyusuri keindahan kota ini.
“Sebentar
ya.” kata Harfan sesampainya kami di tukang jahit. Di situ kami masih sama-sama
kaku. Ya, ini kali pertama kami bertemu.
“Iya.”
jawabku sambil melemparkan senyuman padanya.
Selang
beberapa saat, kami melanjutkan perjalanan kami menuju tempat yang dituju,
yaitu Roti Bakar depan SMPN 1 Bekasi. Sesampainya disana, kami masih ragu
melihat keramaian yang terjadi, akan tetapi, akhirnya kami memutuskan untuk
tetap makan disana. Harfan memarkir motornya di sebrang, karena parkiran di
tempat biasa sudah penuh. Kami menyebrangi jalan, dan pada saat itu juga Harfan
menggenggam tanganku.
“Ayo
duduk.” kataku membuka pembicaraan.
“Becek,
Bren.”
“Trus
kenapa kalau becek, Fan ? Lu ga biasa makan di tempat kaya gini ya ?”
“Ga
kok.”
Ya
udah, kalo emang uda biasa, sini duduk.”
bersambung...