Kamis, 07 Maret 2013

Berawal dari NEKAD #2

Pertemuan yang tidak pernah aku dan dia rencanakan sebelumnya. Pertemuan awal yang menjadikan hubungan kami menjadi dekat. Kalo aku ingat-ingat lagi, ini benar-benar kocak. Aku yang lupa membawa kunci rumah dan akhirnya luntang-lantung di jalan, sekarang sedang makan roti bakar bersama dia, Harfan. Sebelumnya, kami belum pernah kenal, apalagi makan bersama seperti sekarang ini.

Harfan adalah mahasiswa Fakultas Teknik. Awalnya kami hanya berteman lewat BBM. Itu karena, Veri yang begitu membanggakan aku kepada teman-temannya, mahasiswa Fakultas Teknik lainnya. Veri begitu antusias untuk menjadikan aku pacarnya. Tetapi, aku tidak memiliki perasaan yang sama dengan Veri. Aku justru lebih tertarik pada Harfan, yang muncul tiba-tiba dalam kontak BBMku dan juga dalam kehidupanku.

Aku tidak tahu apa yang aku rasa sekarang. Perasaan ini benar-benar aneh. Sejak malam itu…

***

Entah apa yang ada dipikiran aku malam ini. Aku BBM Harfan untuk menanyakan apakah dia sedang berada di rumah atau masih berada di kost an. Dan akhirnya Harfan pun bilang kalau dia sudah di rumah. Saat itu juga aku langsung meminta Harfan untuk menemaniku makan Roti Bakar yang ada di deretan kota Bekasi, tepatnya di depan SMPN 1 Bekasi. Padahal, sebelumnya kita belum pernah bertemu secara langsung sama sekali. Tapi, untuk malam ini, aku benar-benar nekad mengajak Harfan untuk menemaniku melawan ke-bete-an ini.

“Gua tunggu lu di depan Indomaret MekarSari. Tau ga ?”
“Oh iya iya bentar ya”
“Ok”
“Gue otw”

Pembicaraan kami lewat BBM pun beakhir, karena kami akhirnya bertemu…

“Hei. Yah, lu mau pergi ya ?”
“Nggak kok.”
“Ko bawa tas ?”
“Mau mampir ke tukang jahit dulu.”
“Oh.”
“Ya udah ayo naik.”

Motor yang di kendarai Harfan pun melaju menyusuri kota Bekasi yang ramai pada malam itu. Aku senang menikmati suasana malam hari seperti saat ini. Sekalipun kota Bekasi terkenal begitu padat dan panas pada di siang hari, tetapi di malam hari kota ini bisa memberikan keindahan tersendiri bagi kaula muda seperti aku dan Harfan. Tidak hanya kami berdua, banyak remaja-remaja yang menyediakan waktunya untuk pergi di malam hari untuk menyusuri keindahan kota ini.

“Sebentar ya.” kata Harfan sesampainya kami di tukang jahit. Di situ kami masih sama-sama kaku. Ya, ini kali pertama kami bertemu.
“Iya.” jawabku sambil melemparkan senyuman padanya.

Selang beberapa saat, kami melanjutkan perjalanan kami menuju tempat yang dituju, yaitu Roti Bakar depan SMPN 1 Bekasi. Sesampainya disana, kami masih ragu melihat keramaian yang terjadi, akan tetapi, akhirnya kami memutuskan untuk tetap makan disana. Harfan memarkir motornya di sebrang, karena parkiran di tempat biasa sudah penuh. Kami menyebrangi jalan, dan pada saat itu juga Harfan menggenggam tanganku.

“Ayo duduk.” kataku membuka pembicaraan.
“Becek, Bren.”
“Trus kenapa kalau becek, Fan ? Lu ga biasa makan di tempat kaya gini ya ?”
“Ga kok.”
Ya udah, kalo emang uda biasa, sini duduk.”

bersambung...