Jumat, 27 Maret 2015

My Inspiration from GOD

Haii, pagi ini gue mau memperlihatkan beberapa hasil karya gue. Sebenernya bukan hasil karya gue sih. Semua ini adalah hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Gue hanyalah manusia biasa yang sangat takjub dengan ciptaan-Nya. Dan ini adalah beberapa gambar yang berhasil gue ambil menggunakan kamera Nikon D5000 gue. Check this out !







Hope you like it ! Thank you..

God Bless Us

Rabu, 25 Maret 2015

Ketika Dia harus menjadi Miliknya

Awalnya aku tak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Sungguh semua terjadi begitu cepat. Dia yang dulu ku kenal, sekarang ini hampir menjadi milik seseorang. Apa yang harus aku lakukan sekarang ? Hmm... Mungkin aku harus merelakannya. Awalnya aku mengira, aku tidak akan pernah sanggup merelakan dia bersama dengan orang lain. Akan tetapi, jikalau orang lain itu adalah adikku sendiri, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Aku akan lebih rela dia bersama dengan adikku daripada bersama dengan orang lain yang menurutku tidak pantas untuknya.

Semua berubah seiring berjalannya waktu. Adikku begitu senang saat menceritakan dirinya kepadaku. Awalnya semua itu sangat menyayat hati. Tetapi, setelah ku pikir-pikir, tidak ada salahnya melihat orang yang aku sayangi bahagia dengan adikku sendiri. Tiap kali adikku bercerita mengenai kisah mereka, terpancar binar-binar kebahagiaan dari kedua bola matanya. Akupun tersenyum melihat semua itu. Mungkin Tuhan memperkenalkan dia melalui aku bukan untuk aku miliki, melainkan untuk menjadi milik adikku...

Senin, 23 Maret 2015

Akankah semua itu terjadi ?

Apa aku harus selamanya seperti ini ?
Apa dia merasakan kenyamanan dalam situasi seperti ini ?
Apakah harus ada pertengkaran diantara kita ?
Kenapa kita tidak bisa seperti orang-orang lainnya ?
Apakah kita memang ditakdirkan untuk seperti ini ?
Tidak adakah cara lain untuk menjalani ini semua ?
Apa aku harus terus mengalah pada situasi ini ?
Apakah aku boleh berontak ?
Bolehkah aku mengetahui apa yang ada dibalik semua ini ?
Sungguh aku begitu penasaran dengan apa yang akan terjadi nantinya.
Apakah suatu saat kita bisa seperti dulu lagi ?

Kamis, 19 Maret 2015

Sosok yang Aku Rindukan

Sore itu, ketika aku hendak menuruni anak tangga terakhir di kampusku. Tiba-tiba sekujur tubuhku membeku saat melihat sosok di seberang sana yang dulu pernah ku kenal. Sosok seseorang yang sempat hadir menghiasi hari-hariku. Seseorang yang sempat berbagi kisahnya denganku. Hati ini pun begitu takut ketika aku akan beranjak menuju tempat dimana dia berada. Karena ini adalah kali pertama lagi aku bertatapan muka dengannya. Dari kejauhan akupun melihat desas-desus dari orang-orang disekelilingnya. Tidak salah lagi, mereka pasti bisa membaca apa yang aku rasakan sekarang. Dan aku yakin sekali, jika aku menghampiri orang itu, maka sekelilingpun akan menjadi kisruh. Hati ini semakin takut saat teman-temanku mengajakku untuk tetap berjalan ke arah dia. Alhasil aku dan yang lain sekarang sudah berada tepat dihadapannya. Benar-benar diluar dugaanku. Sebelumnya aku tidak pernah menduga hal ini akan terjadi. Aku dan dia bisa bertemu kembali. Mata kami pun akhirnya saling bertemu setelah sekian lama tidak berjumpa. Sudah ku duga, rasa rindu yang sempat memudar pun akhirnya menghampiriku kembali. Lagi dan lagi. Akan tetapi, aku senang karena hari ini bisa melihat sosok dia yang aku rindu. Mungkin apa yang aku rasakan ini hanya sebatas aku saja yang tahu. Aku bahkan tidak mempedulikan apa tanggapan orang lain jika mengetahui apa yang aku rasakan saat ini. Karena yang aku tahu, aku begitu senang dengan adanya pertemuan singkat ini. Dengan itu, aku bisa membalas rasa rinduku dengan melihatnya lagi.

Minggu, 08 Maret 2015

Ketika Cinta itu Dilarang


                                                                                           Rabu, 5 Desember

Dear Diary,

            Udah beberapa hari ini gue ga bisa menjelaskan gimana rasanya sekelas sama mantan pacar. Terkadang kita udah kaya orang asing yang baru kenal satu sama lain. BT banget ! Pengen deh gue pindah kelas kalau harus kaya gini terus. Mantan gue juga kayanya biasa saja ngadepin semua ini. Jelas lha, dia kan cwo...sedangkan gue ??? Hmm...
Biarin aja deh semua berjalan apa adanya, toh gue juga ga bisa berbuat apa-apa...
___________________________________________________________________________

“gue bener-bener ga tau apa dia masih sayang atau ga sama gue.” ujar Monic sembari menutup buku diary-nya. Monic cenderung menuangkan expresinya dengan menulis buku diary.

Monic adalah seorang gadis yang baik hati, ramah, dan murah senyum kepada orang-orang disekitarnya. Dia juga seorang murid yang sangat cerdas di sekolahnya. Sudah beberapa piagam dia peroleh dari hasil prestasinya selama bersekolah di SMP Swasta yang lumayan ternama didaerahnya itu.

Malam semakin larut, akhirnya Monic memutuskan untuk segera tidur, karena dia tau besok dia masih harus masuk sekolah seperti biasa.


*****

Keesokan harinya...

            Suasana Ulangan Umum Semester 2 masih sangat jelas terasa. Begitu pula dengan apa yang dirasakan Monic. Setidaknya dia agak lega, karena untuk beberapa hari ini dia tidak perlu satu ruangan dengan Randy, mantan pacarnya itu.

“Hai semua... J” sapa Monic yang berjalan menuju Ruang 2, ruangan ke-2 sahabatnya, Vina dan Lisna.
            “Vina kenapa ?” tanya Monic dengan wajah penasarannya.
            “Vina sakit perut, Nic...” jawab Lisna karena Vina masih saja diam seribu bahasa.
            “Hmm...Kalo makan cokelat kira-kira bisa sembuh ga ya ???” ledek Monic sembari menatap temannya itu.

Vina pun membalas tatapan Monic dan segera mengangguk sambil tersenyum. Monic sangat tau apa yang disuka dan apa yang tidak disuka dari ke-4 sahabatnya. Begitu pula yang lainnya, mereka sudah mengetahui jelas tentang satu sama lain diantara mereka.
           
Monic bergegas untuk kembali ke ruangan, tapi sebelumnya tidak lupa ia memberi suport khusus untuk Vina dan Lisna. Tidak lama kemudian, bel pun berdering sangat kencang sehingga memekakkan telinga. Para murid memasuki ruangannya masing-masing, tidak terkecuali Monic.

Monic segera duduk dan menyiapkan alat tulis yang diperlukannya nanti. Tiba-tiba di Ruang 1, ruang dimana Monic berada menjadi hening seketika  karena masuknya guru pengawas. Para murid segera menyiapkan alat tulis mereka lalu menaruh tas mereka di depan kelas sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan.
           
Ulangan pertama hari ini terasa sangat lama sekali bagi para murid, termasuk Monic. Monic tidak henti-hentinya memandangi jam yang ada di ruangan tersebut. Tak sabar ia menunggu waktu istirahat tiba.

            “Duh...lama banget sih belnya ?” gumam Monic dalam hati.

            Tak lama kemudian, bel istirahat pun berbunyi.

“ Akhirnya !” seru Monic. Monic langsung menyambar tasnya dan segera keluar dari ruangan itu.
            “Lisna !!!” teriak Monic sembari berlari menghampiri Lisna.
            “Iia...” seru Lisna.
“Hehehe” Monic hanya menunjukkan senyuman manisnya.
“Gimana tadi ulangannya ? Susah ga ?” tanya Lisna.
            “Lumayan, na...” jawab Monic sembari mengambil buku Tata Boga untuk mempersiapkan ulangan berikutnya.

            Sementara sedang asik ngobrol dengan Lisna, Monic tidak menyadari bahwa Ivan dan Randy sudah berdiri tepat disampingnya.

            “Nic,ni uang lo...Makasih ya...” ujar Ivan sambil memberikan uang itu kepada Monic. Tetapi, Monic kalah cepat dengan Randy. Randy mulai dengan kejahilannya lagi, dia mengambil uang Monic yang dipinjam Ivan dan baru saja ingin dikembalikan.
           
“Aduh Randy...balikin donk uang gue !!! Randy...” rengek Monic kepada mantan pacarnya itu. Randy memang suka jahil, apa lagi kalau sama cewek, tidak terkecuali mantan pacarnya ini.

            Randy segera berlari dengan membawa uang Monic. Mau tidak mau, Monic pun mengejar Randy agar bisa mendapatkan uangnya kembali. Randy terus berlari, bahkan lebih kencang lagi. Monic tidak menyerah, dia masih saja bersih keras untuk mengejar Randy hingga dapat. Keduanya pun nampak kelelahan.

            Melihat Monic yang sudah kelelahan mengejar Randy, Lisna pun segera memanggil keduanya. Dia mempunyai rencana untuk membantu sahabatnya itu. Setelah dipanggil, Monic dan Randy segera menghampiri Lisna dengan nafas yang naik-turun akibat kejar-kejaran tadi.

            “Randy, gue tau lo pernah janji kan sama Monic, kalau lo ga mau nyontek lagi ?” tanya Lisna.

            Monic kaget mendengar ucapan sahabatnya itu. Ternyata Lisna masih mengingat semua kenangan saat mereka berdua masih pacaran dulu. Begitu pula dengan Randy, dia sangat kaget mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Lisna.

“Trus kenapa ?” tanya Randy.
“Gue yakin kok lo udah tau jawabannya sendiri.” jawab Lisna singkat.
“Iyee...gue tau tadi gue nyontek...” Randy pun mengakui bahwa tadi dia menyontek.
“Nah, berarti kan lo udah ngebohongin Monic, lo ga kasian apa sama dia ? Belum lagi lo ngebiarin dia ngejar-ngejar lo kaya tadi ? Walaupun lo sama Monic udah putus, tapi gue yakin kok kalo lo berdua pasti masih saling sayang” ujar Lisna yang langsung menatap bola mata kedua temannya itu.

Monic dan Randy benar-benar kaget mendengar ucapan Lisna. Lisna begitu mempedulikan perasaan sahabatnya itu, dia tidak mau melihat Monic sedih terus karena sudah putus dengan Randy.

“Lo bener, Na. Gue tau, gue pasti udah buat Monic kecewa banget sama gue. Gue juga masih sayang banget sama lo, Nic. Tapi gue tau, kalo hubungan kita ini memang bener-bener ga bisa di lanjutin lagi. Maafin gue ya, Nic. Gue yakin, kalo kita jodoh, Tuhan pasti bakal nyatuin kita lagi.” ujar Randy.

Mendengar kata-kata Randy barusan, air mata Monic pun jatuh membasahi pipinya. Randy pun segera memeluk mantan pacarnya itu. Lisna sangat terharu melihat sahabatnya harus seperti ini. Tapi dia yakin, Monic pasti bisa melalui semua itu, karena Monic bukanlah sosok perempuan yang lemah, tetapi Monic adalah sosok perempuan yang tegar dalam menghadapi apapun.

Usai memeluk mantannya itu, Randy segera mengembalikan uang Monic dan meminta maaf. Monic pun membalas semuanya itu dengan senyuman manis.

Bel masuk pun berbunyi. Para murid segera memasuki kelasnya masing-masing, begitu juga dengan Monic, Lisna, dan Randy. Karena kejadian tadi, Monic sampai lupa membaca buku Tata Boga yang sedari tadi digenggamnya. Untung saja semalam Monic sudah mempelajarinya, jadi dia tidak perlu khawatir. Monic memang salah satu murid yang berprestasi di sekolahnya. Banyak guru-guru yang menyukai dia dan tidak mau melihat nilai-nilai Monic turun. Apalagi kalau nilainya turun hanya karena pacaran.

                                                            *****

Waktu semakin siang. Monic dan teman-temannya sudah pulang sekolah. Namun, mereka belum pulang ke rumah mereka masing-masing, melainkan mereka ngumpul bareng di kantin Bu Bem. Kantin Bu Bem adalah tempat favorit Monic dan keempat sahabatnya untuk ngumpul-ngumpul. Disini mereka bisa bercerita, mengeluarkan unek-unek selama pelajaran, berkeluh kesah, dan sebagainya. Dan yang tidak kalah pentingnya, kantin Bu Bem juga menjadi tempat idaman Monic dan Randy sewaktu mereka masih pacaran. Banyak sekali kenangan indah yang mereka habiskan di kantin Bu Bem ini.

“Hari ini panas banget ya.” Marfel membuka pembicaraan. Karena tidak ada seorang pun dari mereka yang berbicara.
“Iia, fel. Hari ini hawanya emang lagi panas.” tambah Lisna.
“Nic, tumben lo diem ? Kenapa ? Cerita donk.” kata Vina yang mulai penasaran dengan sikap sahabatnya yang satu ini.
“Gapapa kok, Vin. Gue cuma kepikiran kejadian pas istirahat tadi aja.”
“Emang kenapa tadi pas istirahat ?” tanya Vina lagi dengan nada suara tinggi.

            “Randy meluk gue.” jawab Monic dengan singkat.

Lisna hanya bisa memandangi sahabatnya yang satu itu. Dia tidak berani untuk berkomentar. Begitu pula dengan Marfel, kali ini dia hanya diam mendengar jawaban Monic. Biasanya, dia yang selalu meledek sahabatnya itu. Karena diantara mereka, yang paling suka ceplas-ceplos adalah Marfel. Mungkin karena dia cwo sendiri dalam persahabatan mereka. Tapi, itu semua tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap menkjalin persahabatan.

“Ya udah, ga usah dipikirin lagi ya. Kita semua juga tau kan kalo lo sama dia itu masih saling sayang. Tapi gue yakin kok, lo pasti bisa ngelewatin ini semua.” Vina memberi semangat untuk sahabatnya itu.

Lisna dan Marfel segera menanggapi apa yang diucapkan Vina barusan dengan senyuman.

“Iia, makasih ya, karena kalian semua selalu ada disaat gue membutuhkan suport. Gue sayang sama kalian semua.” kata Monic.
“Itu gunanya sahabat, selalu ada disaat sahabatnya membutuhkan bantuan.” tambah Marfel.
“Kalo gitu, kita pulang sekarang aja yuu... Besok kan kita masih ada ulangan.” kata Lisna kepada sahabat-sahabatnya itu.

Semuanya mengangguk. Menandakan mereka setuju untuk segera pulang. Karena besok mereka masih ada ulangan dan harus segera mempersiapkan itu semua.

Akhirnya mereka pun berpamitan kepada Bu Bem, si pemilik kantin dan berjalan menuju pintu gerbang sekolah bersama-sama. Sesampainya di pintu gerbang, mereka berpisah. Kali ini Monic memutuskan untuk berjalan kaki, karena dia mau mampir ke tempat foto copyan yang tidak jauh dari sekolah.

Sepanjang perjalanan, Monic masih terus memikirkan kejadian sewaktu istirahat tadi. Dia masih tidak percaya kalau mantan pacarnya tadi memeluk dia dan meminta maaf. Monic sangat senang karena dia bisa melihat sosok Randy yang dia kenal dulu sewaktu pacaran dengannya. Karena sedang asik dengan lamunannya, Monic tidak sadar bahwa tepat di sebelahnya sekarang ada Randy, mantan pacarnya itu. Monic tersadar dari lamunanya dan mendapati Randy sedang berjalan menemani dia sampai ke tempat foto copyan.

“Lho, lo belum pulang ?” tanya Monic.
“Belum. Tadi abis mampir sebentar ke rumahnya Ivan. Terus pas gue balik lagi ke sekolah, gue liat lo lagi jalan sendirian sambil ngelamun. Ya udah, gue susul aja.” kata Randy.
“Ooh. Pulang gih sana. Istirahat, makan, abis itu belajar.” suru Monic.
“Lo masih kaya dulu ya, Nic. Masih perhatian sama gue, sedangkan lo ga perhatiin diri lo sendiri. Liat ga tadi lo gimana di jalan ? Lo ngelamun. Bahaya, Nic ngelamun sambil jalan. Kalo nanti ada kendaraan yang nyerempet lo gimana ?” ujar Randy.
“Iia-iia. Gue tau gue salah. Gue uda ngelamun di jalan. Tapi, apa lo tau, apa yang lagi gue pikirin sepanjang perjalan tadi ?” tanya Monic.
“Nggak. Emang apaan ?” Randy jadi penasaran.
“Lo !!! Lo yang lagi gue pikirin, Ran.” jawab Monic.
“Gue ?” tanya Randy.
“Iya. Siapa lagi coba ?” jawab Monic.
“Monic.” seru Randy sambil menggenggam kedua tangan Monic dan menatap kedua bola mata mantanya itu.

            Monic tidak kuat lagi. Dia meneteskan air mata. Monic masih sangat menyayangi Randy. Dia tidak mengira bahwa Randy masih menaruh perhatian terhadapnya. Saat itu, Monic sangat berharap bahwa dia bisa kembali seperti dulu lagi bersama Randy. Tetapi dia tahu, itu semua tidak akan mungkin terjadi. Monic segera melepaskan tangannya dari genggaman Randy.
           
            “Sorry, Ran... Gue harus foto copy buku-buku yang gue pinjem dari perpustakaan.” kata Monic.
            “Gue bener-bener masih sayang banget, Nic sama lo. Tapi, kenapa ini semua harus terjadi sama kita ? Kenapa kita ga bisa bersama lagi kaya dulu ? Kenapa ?” ujar Randy dengan perasaan yang sangat kecewa dan nada suara yang tidak stabil.
Rendy sangat sedih dengan apa yang dia alami bersama Monic sekarang ini. Dia dan Monic sudah tidak bisa bersama lagi karena keluarga Monic yang tidak menyukai dirinya.
           
Kisah cinta antara Monic dan Randy ini sangat ditentang oleh keluarga Monic. Mereka merasa sudah ditipu oleh kedua anak ini. Selama mereka berhubungan, hubungan itu tidak pernah di ketahui oleh keluarga Monic ataupun Randy. Mereka menjalin hubungan backstreet dari keluarganya. Ini semua di karenakan Monic belum boleh pacaran dulu sebelum lulus SMA. Maka mereka pun mengambil jalan untuk backstreet. Namun, keberuntungan memang sedang tidak ada di pihak mereka. Suatu saat, tantenya Monic melihat Monic sedang jalan berdua dengan Randy. Tantenya Monic langsung memberitahu kedua orang tua Monic. Mereka sangat marah dan melarang Monic untuk tidak berhubungan lagi dengan Randy.

            “Udah lha, Ran. Yang udah berlalu biarlah berlalu. Ga usah kita inget-inget lagi. Biarin aja itu semua menjadi kenangan kita berdua.” kata Monic dengan berat hati. Sulit bagi dirinya untuk mengeluarkan kata-kata seperti itu. Tapi, itu semua harus dia katakan.
            “Pasti, Nic. Itu semua akan menjadi kenangan indah gue bersama lo, orang yang gue sayang. Dan gue mau lo tau, bahwa sampai kapanpun gue akan tetap menyayangi lo, Nic. Terserah lo mau percaya atau ga. Karena semua kata-kata yang keluar dari mulut gue ini murni dari dalam hati gue, Nic. Ya udah kalo gitu, gue pulang duluan ya. Jaga diri lo baik-baik. Terus, ati-ati nanti kalo udah mau pulang. Dan inget, jangan ngelamun kalo lagi di jalan.” seru Randy dan segera meninggalkan Monic.
           
            Monic hanya bisa terdiam mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Randy tadi. Setelah selesai foto copy, Monic pun langsung pulang ke rumah. Dan dia berjanji dalam hati, bahwa semua kejadian yang pernah dia alami bersama Randy, baik yang sudah berlalu ataupun yang baru saja terjadi, akan dia simpan baik-baik dalam sebuah kotak di hati kecilnya.

END


Welcome 2015

Hai 2015..
Lama banget uda ga nulis lagi. Tapi, setelah gw melihat folder-folder documents yang ada di laptop gw, gw memutuskan untuk melanjutkan tulisan-tulisan gw. Yaa, walaupun gw tau, gw orangnya mood-mood an untuk nulis. Tapi, gpp lah yaa.. Yang penting kan niatnya. Hehe :D

Have a nice day, readers..

Happy Sunday :)


GBU



Brenda Monica M